Takahindengen Ceritakan Bencana Banjir yang Melanda Desa Huntuk Tahun Lalu

ZONA, BOLMUT  – Sambil memegang mic, mata berkaca-kaca, Waldes Takahindengen menceritakan kembali bagaimana Desa Huntuk, Kecamatan Bintauna, Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) dilanda banjir bandang pada 4 Maret 2020 lalu. Derasnya hujan sore Sabtu (09/10 2021), membuat ia mengenang kembali peristiwa yang membuat warga Huntuk masih mengalami trauma dengan peristiwa banjir bandang. “Puluhan rumah rusak, ada sembilan yang hanyut hilang,” ujarnya pada diskusi yang digelar oleh kawan perubahan di balai desa Huntuk.

Ia mengatakan, beberapa rumah sudah mulai diperbaiki secara mandiri oleh warga tapi ada juga rumah yang belum diperbaiki. Terutama yang hanyut. Hal ini sudah ia sampaikan ke eksekutif dan legislatif terkait kondisi rumah yang masih perlu mendapat perhatian.

Dirinya-pun berharap, perlu ada perhatian dari pihak terkait. Karena setahun lebih kerusakan yang disebabkan banjir masih perlu penanganan. “Selain itu soal menata kembali sungai perlu diperhatikan,” ujarnya.

Ia mengakui ,sejauh ini sudah ada yang sering memfoto rumah. “Tapi ibarat jika kamera ponsel itu memiliki api, pasti rumah yang di foto sudah terbakar,” ujarnya sambil bercanda alasannya karena sering di foto rumah yang mengalami kerusakan.

Hal yang sama disampaikan oleh tokoh masyarakat Desa Huntuk, Hanok. Ia menceritakan, jikalau hujan deras melanda Desa Huntuk, keluarganya masih mengalami trauma akibat banjir bandang. deras. “Saat ini sebagian perlengkapan rumah masih saya simpan di atas loteng rumah,” ujarnya.

Ia berharap, sungai yang ada di Desa Huntuk mendapat perhatian. Apalagi jika hujan deras bisa-bisa air sungai berbalik. Alasannya karena ada pertemuan jalur irigasi dan sungai. Di sisi lain, masalah sungai ini akan berdampak pada tempat pemakaman warga di desa Huntuk. Yang berpotensi akan terkena longsor.

Sementara itu Kepala Desa Huntuk, Erna Aliu mengatakan, wilayah tersebut memiliki jumlah kepala keluarga 153 dengan jumlah penduduk 490 jiwa. Ia mengatakan, keseimbangan alam sangat penting dalam mencegah dampak kerusakan. Sangadi perempuan ini menambahkan pentingnya reboisasi terhadap hutan yang ada.

Selain itu persoalan sungai yang perlu mendapat perhatian untuk ditata kembali. Hal ini karena hujan 2-3 jam saja air sungai bisa meluap ke rumah warga. Menurutnya, biasanya banjir hanya terjadi di dusun 3 Desa Huntuk. Tapi saat ini sudah menyeluruh. Termasuk banjir bandang pada tahun lalu. (bud)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *